Bagaimana cara agar anak-anak kita menjadi pribadi yang PD? itu juga masih menjadi PR kami ^^ Memberi rasa aman pada anak, konon bisa membuat anak merasa nyaman dengan dirinya, merasa dirinya berharga dan akhirnya membuat anak lebih PD.
Berikut 7 Langkah Ortu membangun percaya diri anak, menurut buku “Parenting for Character Building” karya Andri Priyatna :
1. Menyimak
2. Jangan menyepelekan
3. Jangan memberi kritik bernada negatif
4. Segera bertanya setiap kali terjadi perubahan perilaku
5. Tidak pelit memberi pujian
6. Mendorong anak untuk “berfikir”
7. Berfokus pada hal-hal positif.
Karena saya seorang muslimah, jadi saya akan mengulas point demi point tersebut diatas, dalam perspektif pemahaman agama saya ^^
1. Menyimak
Menurut ebook “30 Langkah Mendidik Anak Agar Mengamalkan Ajaran Agama” terbitan IslamHouse.Com, merupakan keistimewaan anak adalah banyak bertanya dengan pertanyaan yang memenatkan. Bagi setiap ayah dan ibu jangan menghardik putra-putri mereka karenanya. Keistimewaan ini memiliki banyak manfaat:
a. Membuka wawasan akal anak
b. Anak akan lebih dekat dengan orangtuanya
c. Mengetahui kecenderungan anak dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya.
Pada ebook tsb juga disertakan contoh praktis mengenai hal ini. Jika anak anda bertanya tentang api, maka jawab dan katakan “Api diciptakan oleh Allah. Jika Allah berkehendak maka akan mengatakan ‘jadi! maka jadilah apa yang dikehendaki-Nya’….
2. Jangan menyepelekan
Terkadang anak bertengkar karena masalah yang kita anggap sepele. Tetapi ketahuilah, masalah tersebut menurut mereka besar, hingga timbul pertengkaran tsb.
Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam mencontohkan perhatian kepada anak. Abu Thalhah punya anak bernama Abu umair. Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam dahulu suka bercanda dengannya. Suatu hari beliau melihatnya sedih lalu bertanya, “Hai Abu Umair apa yang dilakukan Nughair (burung kecilnya)?” (HR. Ahmad dalam Musnad 3/155 dengan sanad shahih)
Demikian Rasulullah shalallahu alayhi wa sallam tidak menyepelekan perasaan Abu Umair saat itu.
3. Jangan memberi kritik bernada negatif
Ketika anak melakukan sesuatu yang salah, jangan memberikan kritik bernada negatif. Langsung saja kita memberi koreksi positif atas setiap kesalahan yang telah dia lakukan, agar lain waktu jangan terulang kembali.
Umar bin Salamah berkata:
“Ketika Aku dalam pengasuhan Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam, tanganku mengacak-acak nampan ketika makan. Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam pun berkata kepadaku:
‘Nak, makanlah dengan menyebut nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu dan dari yang terdekat denganmu.’ Dan demikianlah cara makanku setelahnya.
Contoh lainnya, Anas radiallahu ‘anhu berkata: “Demi Allah, aku telah berkhidmat kepadanya selama 9 tahun, dan tidak pernah mendapatinya berkata: ‘Kenapa kamu lakukan demikian dan demikian’ atau berkata ‘Kenapa kamu tidak melakukan demikian dan demikian’. (HR. Muslim no. 2304-2310 kitab: al-Fadhail bab: Kana Rasulullah Ahsanunnas Khuluqon)
4. Segera bertanya setiap kali terjadi perubahan perilaku
Jika kita merasa ada suatu perilakunya yang tidak seperti biasanya, cobalah segera untuk bertanya kepada anak. Dan bangun komunikasi yang baik dengannya.
5. Tidak pelit memberi pujian
Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam, mendahulukan memberikan pujian dalam memberi nasehat, “Sebaik-baiknya pemuda adalah Ibnu Umar jika dia selalu qiyamullail.”
6. Mendorong anak untuk “berfikir”
Memang sudah tidak zamannya lagi, anak hanya mengikuti orangtua tanpa alasan yang jelas. Sebaiknya kita bangun komunikasi yang baik dengan anak, bangun sikap kritisnya pada koridor syariat. Adakalanya akal tidak dapat menjangkau ilmu Allah yang sangat luas. Pada tataran ini, kita sebagai muslim sebaiknya bersikap sebagaimana para shahabat dahulu bersikap, yaitu sami’na wa atho na, saya dengar dan saya patuhi. Tidak bersikap sebagaimana kaumnya nabi Musa alayhis salam kepada Nabinya.
Sikap kritis ini harus tunduk dibawah naungan ilmu Ilahi, agar menjadi kebaikan di akhirat dan dunia kita. Misalnya, tidak dengan serta merta mengekor pada perkataan seseorang, tanpa dalil yang jelas dalam masalah agama. Untuk masalah keduniaan kita, sikap kritis diperlukan hampir disemua bidang. Bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi dlsb. Sehingga anak-anak mempunyai pemikirannya sendiri, tidak mengekor pada orang lain. InsyaAllah.
7. Berfokus pada hal-hal positif.
Fokus pada setiap kelebihan anak. Sebab, jarang sekali ada manusia yang unggul di semua bidang. Ada hal yang dikuasai dan disenanginya, ada hal yang dia tidak suka. Fokus pada kelebihan anak juga membuat kita lebih fokus dalam mengasuh dan mendidiknya.
Demikianlah pemahaman saya mengenai ketujuh hal tersebut. Sebaik-baiknya contoh adalah Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam. Terakhir, bila ada kritik, saran atau tambahan bagi tulisan ini, dipersilahkan untuk menambahkan yha ^^
Daftar Pustaka:
1. “Tarbiyatul Abna’: Bagaimana Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam mendidik anak”, Syaikh Musthofa Al Adawi, Media Hidayah.
2. Ebook “30 Langkah Mendidik Anak Agar Mengamalkan Ajaran Agama”, Salin Sholih Ahmad Ibn Madhi, IslamHouse.
3. “Parenting for Character Building, Andri Priyatna, Elex Media Komputindo.